Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Parafrase Puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S. Rendra

http://artikel-pendidikan-sosial-ilmiah.blogspot.co.id/

 Pemaknaan Puisi “Aku Tulis Pamplet Ini” Karya W.S. Rendra                  

Rendra menggambarkan sajak yang ia tulis ini sebagai sebuah pamflet berarti surat selebaran. Seperti yang sering ditemui bahwa pamflet berisi pemberitahuan untuk khalayak. Pamflet bersifat bahasa tulis, sehingga mampu diingat terus oleh pembacanya. Berbeda dengan bahasa lisan yang muncul di berita atau sarana elektronik yang lain, pamflet lebih efektif menyampaikan pesan oleh Sang pembuat pamflet kepada sasarannya.

Selebaran itu dibuat sebagai bentuk protes kepada pemerintah. Jaring laba-laba dalam hal ini berarti sebuah perangkap musuh. Lembaga pendapat umum menjadi sebuah perangkap bagi orang yang berani mengkritik pemerintah. Dengan kata lain bahwa tidak ada yang berani menyalurkan aspirasinya karena takut akan penguasa yang tidak segan-segan menelannya.

Akibat dari ketidakbebasan mengungkapkan aspirasi, rakyat hanya mampu mengeluh, mengkritik, mencela pada pemerintah dengan berkasak-kusuk antar tetangga. Rakyat hanya berkata “iya” pada setiap birokrasi yang diberlakukan. Sistem yang ada hanya diperuntukkan bagi sasaran sistem yang dalam hal ini adalah rakyat, sementara Sang pembuat sistem tidak bertanggung jawab atas apa yang telah dituliskannya dan berjalan menurut sistemnya sendiri.

                   Apresiasi Puisi Penerimaan Chairil Anwar

Dalam baris ketujuh hingga sembilan dalam puisi Rendra tersebut dapat diartikan bahwa rakyat setiap hari hanya mendapat janji dari pemerintah. Apa yang terpegang hari ini, kalimat tersebut bermakna ketika rakyat telah mendapat kepastian akan sebuah kabar baik dari pemerintah, kemudian bisa luput besok pagiyang berarti bahwa janji yang telah dijanjikan hanya sebatas janji, yang bisa saja berubah dan diingkari sewaktu-waktu. Oleh karena itu pada kalimat ketidakpastian merajalela menjadi hal yang biasa bagi rakyat.

Dalam ketiga baris tersebut dapat dimaknai bahwa keamanan, kesejahteraan dan kemakmuran hanya milik orang yang memiliki kekuasaan. Diluar itu hidup seolah berada di kebun binatang yang banyak hewan dengan berbagai macam karakter yang kebanyakan adalah hewan-hewan buas. Hidup orang yang tak berkuasa setiap hari bagai hidup dalam marabahaya, tak ada yang menjamin kehidupan dan keberlangsungan hidupnya.
Dalam kelima baris tersebut pesan yang ingin disampaikan Renda bahwa lembaga saluran resmi hanya digunakan untuk monopoli kekuasaan. Karena tidak pernah ada perdebatan yang terjadi akibat tidak dibebaskannya rakyat dalam menyampaikan aspirasi dan kritik kepada pemerintahan. Saluran resmi hanya berisi kampanye-kampanye partai politik untuk memperkuat kekuasaanya.

Kelima baris sajak ini mengartikan bahwa untaian kata puitis dalam pamflet (selebaran) yang dibuat Rendra merupakan satu-satunya hal yang bisa diperbuat untuk menyampaikan kritiknya pada pemerintah. Karena dalam seni setiap orang diberi kebebasan untuk menuliskan ide dan pemikirannya dan merupakan hal yang biasa dan tidak tabu dalam dunia kesusastraan Indonesia. Dalam hal ini Rendra hanya butuh merpati untuk menyampaikan pamflet yang telah dibuatnya. Merpati yang berwarna putih dan bersih tidak pernah salah dalam menyampaikan pesannya.  (baris 21-22) bermakna bahwa bendera semaphore meski hanya sebatas bendera namun ia dapat digunakan untuk menyampaikan pesan melalui simbol-simbol morse yang ia punya. Rendra ingin membuat isyarat asap kaum indian yang berarti bahwa nasib Indonesia hampir sama dengan nasib kaum suku asli Amerika tersebut yang digusur dan diperangi dari tanah airnya sendiri. Hidupnya semakin hari semakin terpinggirkan karena tidak mendapat perlindungan dari pemerintahnya.

Dalam ketujuh baris tersebut Rendra ingin mengungkapkan bahwa seharusnya seluruh warga Indonesia diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapatnya, tidak ada pengekangan aspirasi. Negara yang belum demokratis pada masa orde baru membuat seluruh suara-suara penentangan dikekang dan dicekal.
Matahari, rembulan, dan gelombang angin diibaratkan sebagai pemerintahan sementara airmata, api, dendam, keluh kesah adalah perasaan yang dimiliki oleh rakyat. Matahari dapat diartikan sebagai kekuasaan atau kekuatan. Kekuasaan dan kemakmuran para pejabat yang bertengger diatas airmata rakyat hanya menambah kemarahan mereka bahwa negara bukan diperuntukkan untuk rakyat namun untuk orang yang berkuasa saja.
Keluh kesah rakyat hanya setumpukan permasalahan yang tak berguna bagi pejabat. Hidup rakyat penuh dengan kegamangan, kecurigaan, ketakutan, dan kelesuan yang mereka semua tunjukkan pada pemerintah.
Rendra menuangkan aspirasinya lewat puisi yang ia ibaratkan sebagai sebuah pamflet agar bisa diketahui oleh pejabat dan rakyat karena ia berpikir bahwa meskipun pejabat pemerintah dan rakyat digambarakan seolah seperti kawan  dan lawan namun mereka tetap satu bangsa, satu negara, satu tanah air, dan satu saudara.

Pada baris 40-47 dapat dimaknai bahwa tidak ada gunanya adanya perdebatan antara rakyat dan pemerintah. bagaimana pun dalam sebuah pemerintahan dua hal tersebut tidak pernah terpisahkan. Bahwa jika ada rakyat maka juga harus ada pemerintahan. Maka apabila terjadi konflik dan ketidakselarasan antara keduanya, masing-masing harus mencari jalan keluar terbaik dan tidak memberatkan salah satu pihak. Baris /Dan di dalam air lumpur kehidupan,/aku melihat bagai/terkaca:/ternyata kita, toh, manusia?// dapat dimaknai bahwa didalam kehidupan manusia selalu ada susah dan suka. Lumpur tersebut dapat dimaknai sebagai simbol kesusahan, sehingga di dalam kehidupan manusia memang selalu ada yang namanya kesusahan, tinggal bagaimana orang tersebut memaknai dirinya sendiri.

Post a Comment for "Parafrase Puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S. Rendra"