Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ceramah Bertema Iman dan Sabar

Dengan mendengarkan ceramah, seseorang akan mendapatkan banyak ilmu yang bermanfaat. 

Tidak hanya dari segi ilmu pengetahuan yang bertambah, tetapi dari segi religiusitas juga mengalami peningkatan. 

Beberapa ceramah yang condong ke arah ilmu pengetahuan seperti ceramah pentingnya menjaga kesehatan dan juga ceramah bertema pergaulan bebas sudah pernah di posting di Artikel Kami. 

Pada kesempatan kali ini, Artikel Kami akan memberikan satu contoh ceramah yang condong kepada aspek religiusitas. Selengkapnya simak naskah ceramah berikut.

Ceramah Bertema Iman dan Sabar

Assalamualaikum Wr. Wb 
Pertama – tama, tidak bosan bosannya, marilah kita selalu bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita, mulai dari nikmat yang kita anggap sepele sampai nikmat yang kita anggap besar. 

Yang mana, apabila kita mau direnungi lebih dalam, maka sesungguhnya nikmat Allah itu, tidak ada yang sepele, semua menyimpan hikmah yang besar. 
ceramah agama
Kedua, semoga sholawat serta salam selalu tercurah kepada nabi akhir zaman, Nabi Muhammmad SAW, yang telah berkorban, harta, waktu, hingga nyawa untuk menyebarkan Islam, sehingga kita bisa merasakan indahnya iman dan  islam, dan juga kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
 
Hadirin yang dirahmati Allah, 
Allah dan Rasulnya mengajarkan kepada kita beberapa sikap dalam menjalani hidup agar hidup lebih terasa lapang dan menyenangkan. 

Salah satu sifat yang dimaksud adalah sifat sabar. Sabar berasal dari bahasa Arab yang berarti menahan diri, bila dimaknai dalam kehidupan sehari-hari, maka makna sabar sangat luas cakupannya.

Apa keutamaan Sabar ?? Innama yuwafasshobiruuna ajrohum, orang yang yang sabar mendapat balasan. 

Apa balasannya. Bighairi hisaab. 
Sabar terbagi menjadi tiga. Yang pertama sabar melawan dosa. 

Bagaimana kita melawan perasaan kita jika kita diuji, bagaimana cara kita bersabar?? Karena iman dan sabar itu bisa dibilang satu paket. 

Tidak disebut orang beriman jika tidak bersabar. Dan insyaallah orang yang bersabar itu adalah ciri ciri orang beriman. Tidak mungkin disebut orang beriman jika tidak bersabar, kita berpikir memang iman itu hanya ucapan. 

Jika iman itu hanya ucapan, Innasholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil ‘alamiin, Gampang. Mudah.Jika iman hanyaucapan, Hasbiyallah wani’mal wakil. Jika iman hanya ucapan Laa haula walaquwwata ‘illa billah, gampang, mudah. 

Jika iman hanya ucapan, Iyyakana’ buduwa iyyakanasta’iin. Mudah. Tapi Allah mengatakan Wamahum bimukminin, hasibannasu ayyuthhroku ayyakulu, ayyakulu aamanna wahum laayuftanun. Memangnya cukup hanya dengan mengatakan kami telah beriman, lalu tidak diuji?. 

Kan iman adalah sabar dalam ujian. Jadi tidak mungkin orang disebut beriman sementara dia tidak bersabar, sementara dia emosional, sementara dia tempramen, sementara dia meledak- ledak, sementara dia mengeluh, sementara ia berputus asa. 

Tidak mungkin. Karena ulama mengatakan “La tayasu, jangan berputus asa.”  Karena sesungguhnya keputus asaan tidak akan ada diantara akhlak orang beriman. Orang beriman tidak pernah berputus asa, serumit apapun masalah kita, jika kita yakin sama Allah bahwa Allah Kulli Say’in Qadiir, maka kita pasti akan mempunyai harapan.

Kalau kita yakin Allahu akbar, sebesar apapun masalah kita allah lebih besar daripada masalah kita. Bukankah kita mendengar Allahu akbaar Alllahu akbar, adakah yang lebih besar daripada Allah?? 

Harusnya kita tidak pernah berdo’a kepada Allah sambil mengatakan ‘ Ya Allah sayamempunyai masalah besar’ sama saja kita datang ke teman kita, kita bilang “ Hei, saya mau pinjam uang, tidak akan banyak kok, saya tau kalau banyak – banyak kamu tidak akan sanggup. Kantidak mungkin kita bicara seperti itu. 

Sama saja kita berbicara ke Allah “ Ya Allah kita punya masalah besar..” Kalo kita berbicara seperti itu ke manusia, wajar. 

Tapi kalau ke Allah “Ya Allah saya punya masalah kecil, nih” 
“Apa?” 
“Saya punya hutang sedikit?” 
“Berapa?”
“100 Milyar” 

Allah itu Ghaniyyun, Maha Kaya. Jadi jangan pernah mengatakan 100 M itu besar di hadapan Allah, kita kesannya seperti meremehkan Allah sekali. Bukankah Allah maha Kaya? 

Jangan pernah mengatakan musibah kita, ditinggalkan oleh orang yang dicintai, dibully sedunia, itu besar di hadapan Allah?

Bukankah Allah itu cukup buat kamu, kata kamu?? Innasholati wanusuki  wamahyaya. Hasbiyallah Wani’mal wakiil. AllahuAkbar. 

Bukankah Umar pernah mengatakan “Yaa nafsi, Idza daaqat alaikiddun ya. Fala takulii yaarabbi indi hammmun kabiir.” 

“Wahai jiwaku, jika kamu merasakan kesempitan, kegalauan, bingung, sakit. Jangan pernah kamu mengatakan Ya Rabb, saya punya masalah besar. Tapi katakanlah Wahai masalah, saya punya Rabb yang Maha Besar” 

Iman dan harapan itu tidak bisa dipisahkan. Iman dan Sabar itu tidak dapat dipisahkan . Iman dan berserah diri, atau tawakkal itu tidak bisa dipisahkan. 

Bagaimana kita menyebut diri kita mukmin sementara kita tidak sabar ketika diuji dengan perasaaan. Alhamdulillah jika kita selama ini bersabar ketika ujian fisik yang selama ini. 

Apa bentuk ujian fisik yang kita alami?? Contohnya pulang kerja, capek. Pulang darisekolah, pulang dari kampus, lalu mengaji. Capek. Ngantuk. Kadang sampai mengantuk. 

Pertanyaannya adalah, bagaimana kita menghadapi itu?? Ini semacam tips dari Allah, dari Rasul cara kita lebih sabar dalam menghadapai ujian, terutama ujian perasaan. 

Yang pertama, diambil dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Hadits Hasan, 
Nabi SAW mengatakan : Maa yazaaalul bala’ul mu’minin wal mu’minati fii nafsihi wawaladihi  wamalihi hatta yalqallaha ta’ala, wama alaihi khati’ah.

“Tidaklah seseorang selesai diuji, baik dia laki laki yang beriman atau perempuan yang beriman. Baik itu ujiannya melalui dirinya, atau melalui anaknya , atau melalui hartanya. Artinya ujian harta, ujian fisik, ujian perasaan hingga dia bertemu dengan Allah dan dia tidak punya dosa” 

Arti dari hadits ini adalah “ Ujian itu tidak akan berahir kecuali jika dosa kita telah habis”

Allah akan terus menguji kita untuk membersihkan diri kita dari dosa. Jika kita sabar dan membangun kekuatan untuk diri kita ketika diuji, maka kita akan berpikir ‘Oh, Allah ini ingin membersihkan dosa saya, nih’. Sehingga kita ridho terhadap ujian. Rela. 

‘Saya rela Ya Allah meskipun ini berat. Saya rela Ya Allah meskipun saya berharap Allah memberikan kemudahan. Saya rela Ya Allah tetapi saya masih berharap ditolong oleh Allah’

Ridho diberikan ujian itu sambil berdo’a  diberikan jalan keluar, ditolong, diberikan keajaiban. Hanya tidak mau mengeluh.

Dan berdo’a meminta jalan keluar itu bukan mengeluh, itu ibadah. Berdoa’a itu ibadah dalam Islam, sehingga Allah suka dengan hambanya yang curhat, suka dengan hambanya yang berdo’a meminta kemudahan. 

Jika kita katakan ‘tidak usah berdo’a ke Allah. Malu’. Justru salah. Allah senang hambanya berdo’a. Justru sebaliknya, jika kita jarang berdo’a / enggan berdo’a ke Allah, Allah anggap ia orang yang sombing, angkuh. Allah tidak suka dengan hamba yang seperti itu. 

‘Kamu tidak butuh saya. Kamu punya masalah kok tidak bercerita kepadaku, Wahai Hambaku?’ 
Bukan berarti Allah tidak tahu. Allah tahu, hanya saja Allah berhak untuk dilibatkan. 

Berhak untuk dijadikan tempat untuk kita menangis, tempat kita meminta, tempat kita berserah dan melapiaskan masalah kita, dalam bentuk curhatan do’a.

Sehingga ketika kita berdo’a, Allah mendekat kepada kita. Jadi, ketika kita ada masalah, Allah ingin membersihkan dosa kita lewat sabar, lewat istighfar. 

Ayo, kita sadari jika Allah menguji kita, berarti kita punya banyak kesalahan, sehingga Allah ingin membersihkan diri kita lewat ujian yang diberi Allah untuk kita. 

Analisis Isi Ceramah Bertema Iman dan Sabar

Isi Ceramah tersebut berisi pengingat bagi kita bahwa manusia tidak lepas dari musibah yang diberikan oleh Allah. Hal tersebut ditujukan agar menghapus dosa manusia dan menguji keimanan manusia lewat kesabaran dan keikhlasannya menghadapi ujian / musibah yang diberikan oleh Allah SWT.
 
Nama Kelompok
- Cindy Ruwina Putri (08)
- Sayyidatus Selma Alkarami (28)
- Siska Agustin (29)
- Wirdatun Nisa’ Agustina (35) 

Post a Comment for "Ceramah Bertema Iman dan Sabar"