Pengertian Paragraf, Ciri-Ciri, Fungsi, dan Jenis Paragraf
Untuk menulis sebuah paragraf yang baik, diperlukan pemahaman mengenai prinsip dan langkah yang benar tentang penulisan paragraf beserta penyusunannya. Pada dasarnya paragraf merupakan bagian dari sebuah karangan yang tersusun dari sekelompok kalimat yang dirangkai untuk membuat pikiran utama.
Seorang penulis
paragraf dituntut memenuhi prinsip dan
langkah penulisan paragraf yang baik, terutama jika para
penulis pemula merasa sulit dalam mengorganisasikan dan mengembangkan
gagasannya. Ketika seorang penulis paragraf berusaha menyusun paragraf yang
baik, pada saat itu ia telah
berada dalam kesiapan merangkai suatu tulisan yang baik. Untuk dapat mempersiapkan dasar
belajar seperti itu, maka perlu diperhatikan mengenai prinsip dan langkah penulisan paragraf yang baik.
Dengan memahami prinsip dan langkah penulisan paragraf yang baik, diharapkan penulis dapat mengembangkan
paragraf dengan susunan yang baik agar mudah dipahami oleh pembaca. Pada
gilirannya perlu pula dipahami secara baik mengenai jenis-jenis paragraf dengan
pola pengembangannya, yaitu : narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan
persuasi. Penulis paragraf harus memahami prinsip dan langkah penulisan
paragraf yang baik, maka dari itu pemahaman intensif mengenai prinsip dan langkah penulisan paragraf sangatlah
penting.
Ruang
lingkup
Dalam bab ini diuraikan prinsip-prinsip dan
langkah-langkah bagaimana paragraf yang baik dan efektif, dan mengenai
pola-pola hubungan kalimat utama (main idea) dalam membentuk suatu paragraf.
Paragraf yang baik harus mempunyai keterpaduan dan kesatuan. Yang dimaksud
keterpaduan paragraf adalah kemampuan untuk merangkai kalimat satu dengan
kalimat yang lain sehingga kalimat tersebut mudah dipahami. Yang dimaksud kesatuan paragraf adalah tiap pargaraf
hanya mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama dan bagaimana pola pengembangan antara kalimat utama dengan kalimat
penjelas.
Pengertian Paragraf
Menurut Maimunah (2011:31),
paragraf disebut juga alinea. Kata paragraf diserap dari Bahasa Inggris
paragraf, sedangkan kata alinea dari Bahasa Belanda dari kata latin alinea yang berarti “mulai dari garis
baru”. Kata Inggris paragraf
terbentuk dari kata Yunani para- yang
berarti “sebelum”, dan –grafein
“menulis atau menggores”. Paragraf adalah sebuah wacana mini atau satuan bentuk
bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat, artinya
setiap unsur pada karangan panjang ada pada paragraf.
Menurut Ahmadi (1991:1),
suatu paragraf adalah suatu satuan pikiran atau perasaan,suatu satuan susunan
teratur satuan-satuan yang lebih kecil (kalimat-kalimat) dan berfungsi sebagai
bagian dari suatu \satuan yang lebih besar (keseluruhan
komposisi).
Baca Juga :
Baca Juga :
Faktor-Faktor Penyebab Kepunahan Bahasa
Jenis-Jenis Wacana Menurut Para Ahli
Panduan Wawancara Terlengkap
Menurut Widjono (2007:1973-174) Paragraf
mempunyai beberapa pengertian: (1) paragraf adalah karangan mini. Artinya, semua unsur karangan yang
panjang ada dalam paragraf. (2) Paragraf adalah satuan bahasa
yang terdiri beberapa kalimat
yang tersusun secara runtun logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun secara
lengkap, utuh, dan padu. (3) paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri dari
sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan pikiran utama
sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya. (4) paragraf yang terdiri dari
satu kalimat berarti tidak menunjukkan ketuntasan atau kesempurnaan. Sekalipun
tidak sempurna, paragraf yang terdiri dari satu kalimat dapat digunakan.
Paragraf satu kalimat ini dapat dipakai sebagai peralihan antarparagraf,
sekaligus memperbesar efek dinamika bahasa. Akan tetapi sebagai kesatuan
bahasan menjadi suatu bentuk ide yang utuh dan lengkap, paragraf hendaklah
dibangun dengan sekelopok kalimat yang saling berkaitan dan mengembangkan satu
gagasan.
Berdasarkan pengertian paragraf yang dipaparkan
dari berbagai sumber diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan. Kata
paragraf berasal dari Bahasa Yunani dan diserap dalam Bahasa Inggris, dalam Bahasa Yunani paragraf
terbentuk dari dua kata, para- yang
berarti “sebelum”, dan -grafein yang berarti “menulis atau menggores”. Paragraf mengandung pengertian
suatu bentuk wacana mini yang terbentuk dari pikiran dan satuan-satuan yang teratur yang di
dalamnya terdapat kalimat utama atau kalimat topik yang ditunjang oleh kalimat
yang mengembangkan kalimat topik.
Ciri-ciri
paragraf
(1) kalimat pertama bertakuk ke dalam lima
ketukan spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya surat, dan delapan ketukan
untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya: makalah, skripsi, thesis, dan
disertasi. Karangan yang berbentuk lurus dan tidak bertakuk (Block Style) ditandai dengan jarak spasi merenggang, satu spasi lebih
banyak daripada jarak antarbaris lainnya.(2) paragraf menggunakan pikiran utama
(gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik (3) setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya
merupakan kalimat pengembang yang berfungsi menjelaskan, menguraikan, atau
menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat topik; (4) paragraf
menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang dinyatakan dalam kalimat
penjelas. Kalimat ini berisi detail-detail kalimat topik. Paragraf bukan
kumpulan kalimat-kalimat topik. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik dan
beberapa kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas berisi detail yang spesifik,
dan tidak mengulang pikiran penjelas lainnya (Widjono Hs, 2007:174).
Selain memiliki ciri-ciri paragraf juga
mempunyai fungsi, misalnya dalam karangan yang panjang, paragraf mempunyai arti
dan fungsi yang penting. Dengan paragraf seorang penulis karangan dapat
mengekspresikan seluruh gagasan secara utuh, lengkap, dan menyatu sehingga
mudah dipahami bagi pembaca seperti yang diharapkan penulis paragraf dan
pembaca pun tidak cepat merasa bosan. Lebih lanjut paragraf mempunyai fungsi
sebagai berikut.
Fungsi
paragraf
(1) Mengekspresikan
gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yabg
tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan.
(2) Menandai
peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa
paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.
(3) Memudahkan
pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi pembacanya.
(4) Memudahkan
pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang
lebih kecil, dan.
(5) Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas
beberapa variabel (Widjono Hs, 2007:175).
Ciri
Paragraf yang Baik
(1) Kepaduan Paragraf
Yang dimaksud keterpaduan paragraf adalah kemampuan untuk
merangkai kalimat satu dengan kalimat yang lain sehingga kalimat tersebut mudah
dipahami. Suatu paragraf disebut padu jika hubungan pikiran-pikiran yang ada
dalam paragraf menghasilkan kejelasan struktur dan makna paragraf. Jadi di
dalam keseluruhan paragraf itu terdapat pertalian-pertalian antara kalimat
topik atau kalimat utama dengan kalimat pengembang atau kalimat penjelas. Untuk
membentuk keterpaduan antara paragraf dapat dilakukan dengan cara menggunakan
kata penghubung, terdapat dua jenis kata penghubung, yaitu kata penghubung
intrakalimat dan kata penghubung antarkalimat. Yang dimaksud kata penghubung
intrakalimat adalah kata yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat,
contohnya: karena, sehingga, tetapi, dsb. Sedangkan yang dimaksud kata
penghubung antarkalimat adalah kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan
kalimat yang lainnya, contohnya: oleh karena itu, jadi, kemudian dan
sebagainya.
Contoh : Remaja
mempunyai banyak potensi untuk dikembangkan. Remaja terkadang tidak menyadari
bahwa ia memiliki banyak kelebihan yang bisa digali dan diberdayakan guna
menyongsong masa depan. Mereka perlu bantuan untuk dimotivasi dan diberi
wawasan. Anak-anak muda lewat potensinya adalah penggengam masa depan yang
lebih baik dari para pendahulunya.
(2) Kesatuan paragraf
Suatu
paragraf memiliki kualitas kesatuan (unity) atau keutuhan, jika semua bagiannya
berfungsi bersama-sama di dalam pengembangan gagasan utamanya (main idea) atau
efek emosionalnya (Ahmadi, 1991:4). Sedangkan menurut Widjono
(2007:180) untuk menjamin adanya kesatuan paragraf, setiap paragraf hanya
berisi satu pikiran, paragraf dapat berupa beberapa kalimat. Tetapi, seluruhnya
harus merupakan kesatuan, tidak satu kalimat pun yang sumbang yang tidak
mendukung kesatuan paragraf. Jadi yang dimaksud kesatuan paragraf adalah setiap
paragraf hanya mempunyai satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama
dan dalam sebuah paragraf yang baik tidak diperbolehkan ada lebih dari satu
pokok pikiran. Kalimat utama yang diletakkan di awal paragraf disebut dengan
paragraf deduktif, sedangkan kalimat utama yang diletakkan di akhir paragraf
disebut dengan paragraf induktif. Deduktif adalah proses penalaran dengan
menyebutkan gagasan utama yang bersifat umum dan dilanjutkan dengan gagasan
yang bersifat khusus.
2.1.6 Penempatan
Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas
Paragraf terdiri atas beberapa kalimat. Paragraf
yang hanya terdiri atas satu kalimat tidak mengalami pengembangan. Setiap
paragraf berisi kesatuan topik, kesatuan pikiran atau ide. Kalimat-kalimat
tersebut haruslah dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi paragraf yang
baik, yaitu paragraf yang memenuhi persyaratan kesatuan, kepaduan, dan
kelengkapan. Kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas haruslah menggunakan
cara yang jelas sehingga dapat diketahui
strukturnya.
Kalimat-kalimat dalam paragraf dapat dikategorikan
menjadi (1) kalimat utama, dan (2) kalimat penjelas. Ada pula yang menambah
satu lagi yaitu kalimat penegas. Kalimat penegas pada hakikatnya sama dengan
kalimat topik, hanya saja kalimat penjelas biasanya merupakan penyimpulan,
sehingga tidak pernah terdapat pada awal paragraf. Struktur paragraf biasanya
dikaitkan dengan pengurutan letak kalimat utama, dan kalimat-kalimat penjelas.
Khusus paragraf naratif dan deskriptif tidak dapat ditemukan kalimat utama dan
kalimat penjelas.
Atas dasar kategori kalimat dalam paragraf
tersebut, secara garis besar struktur paragraf (selain paragraf narasi dan
deskripsi) dapat dikategorisasikan menjadi tiga, yaitu:
(1) Kalimat utama pada awal paragraf dan diikuti dengan kalimat-kalimat
penjelas,
(2) Kalimat pada akhir paragraf dan didahului dengan kalimat-kalimat
penjelas, serta
(3) Kalimat utama terdapat pada awal dan akhir
paragraf, diselingi dengan kalimat-kalimat penjelas.
Sesuatu yang bisa dijadikan sebagai objek
karangan deskripsi yaitu ada empat. Yaitu berupa benda seperti telefon seluler,
ruang atau tempat seperti kamar tidur, orang atau personal seperti ibu atau
ayah, dan peristiwa atau kejadian (tetapi bukan kronologi). Adapun objek berupa
ruang atau tempat ada 3 pengembangan, antara lain (1) pola statis, tetap atau
tidak bergerak yaitu mendeskripsikan tempat dengan menggunakan urutan tertentu,
misalnya: atas bawah atau sebaliknya, kanan kiri atau sebaliknya, dekat jauh
atau sebaliknya; (2) pola bergerak yaitu mendeskrisipkan tempat atau objek
secara berubah-ubah, kesan yang menarik atau yang ditonjolkan; (3) pola
kerangka yaitu mendeskripsikan objek secara garis besarnya saja. Sedangkan
deskripsi objek berupa orang atau personal antara lain bisa dilihat dari fisik,
watak, sifat, dan perasaan.
Pengembangan Paragraf
Pengembangan paragraf yang pertama dapat dilihat
dari sudut pandang teknik. Berdasarkan tekniknya pengembangan paragraf dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) pengembangan secara alamiah, dan (2)
pengembangan secara logis. Pengembangan
paragraf secara alamiah adalah pengembangan paragraf yang dikembangkan
berdasarkan urutan waktu yang bersifat kronologis. Hal itu berarti kalimat yang
satu mengungkapkan waktu terjadinya suatu peristiwa, atau waktu suatu kegiatan
dilakukan, dan diikuti oleh kalimat-kalimat yang lain. Paragraf yang
dikembangkan dengan cara ini tidak dijumpai adanya kalimat utama atau kalimat
topik. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf naratif.
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan ruang atau tempat membawa
pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam sebuah “ruangan”. Hal itu
berarti kalimat yang satu mengungkapkan suatu gagasan yang terdapat pada posisi
tertentu, dan diikuti oleh kalimat-kalimat lain yang mengungkapkan gagasan yang
berada pada posisi yang lain. Pengungkapan gagasan dengan urutan ruang ini
tidak boleh sembarangan, sebab jika tidak maka akan mengakibatkan pembaca
mengalami kesulitan memahami pesan. Paragraf seperti ini biasanya digunakan
pada paragraf deskriptif.
Berdasarkan isinya pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan cara
menampilkan pertentangan,
perbandingan, analogi, contoh, sebab akibat, definisi dan klasifikasi
(Arindriarini, 2010). Cara pembandingan dan pertentangan merupakan
sebuah pengembangan paragraf yang dilakukan dengan membandingkan atau mempertentangkan
sesuatu untuk memperjelas suatu paparan. Kegiatan membandingkan atau mempertentangkan
tersebut berupa penyajian persamaan dan perbedaan antara dua hal. Sesuatu yang
dipertentangkan adalah dua hal yang memiliki tingkat yang sama. Dan keduanya
memiliki persamaan dan perbedaan. Adapun pengembangan paragraf dengan cara pemberian
contoh-contoh disajikan sebagai gagasan penjelas untuk mendungkung atau
memperjelas gagasan umum. Gagasan umum dapat diletakkan pada awal paragraf atau
diakhir paragraf, tergantung pada gaya yang dikehendaki oleh penulis.
Pengembangan paragraf dengan sebab akibat sering disebut dengan
kausalitas. Pengembangan paragraf dengan cara ini dapat dilakukan dengan
menyajikan sebab sebagai gagasan utama, kemudian diikuti akibatnya sebagai
gagasan penjelas; atau sebaliknya disajikan akibat sebagai gagasan utama lalu
diikuti dengan penyebabnya sebagai gagasan penjelas. Yang terakhir adalah pengembangan
paragraf dengan cara klasifikasi. Cara klasifikasi biasanya dilakukan dengan
penyajian gagasan utama kemudian diikuti dengan gagasan penjelas secara rinci.
Gagasan penjelas merupakan klasifikasi dari gagasan utamanya. Misalnya, gagasan
utama A, memiliki gagasan penjelas yang dapat diklasifikasikan menjadi X dan Z.
Kalimat
Simpulan
Kalimat simpulan adalah kesimpulan dari suatu
tulisan. Kesimpulan adalah suatu preposisi (kalimat yang disampaikan) yang
diambil dari beberapa premis (ide pemikiran) dengan aturan inferensi yang
berlaku. Jadi kesimpulan
merupakan suatu gagasan yang tercapai pada akhir pembicaraan. Dengan kata lain,
kesimpulan adalah hasil dari suatu pembahasan.
Daftar Rujukan
Ahmadi, Mukhsin. 1991. Penyusunan dan Pengembangan Paragraf
serta Penciptaan Gaya Bahasa.
Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.
Maimunah, Siti Annijat.
2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Malang: UIN Maliki Press.
Widjono Hs. 2007. Bahasa Indonesia : Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta:
PT Grasindo.
ijin bookmark, mau baca dlu
ReplyDeletejejak
ReplyDeleteLengkap banget pembahasannya gan. Sangat bermanfaat
ReplyDelete